Sabtu, 07 Desember 2013

Inspiration

I have no inspirator. I don't know what I want in life. I do have dreams. I do living some of them. But I have no current muse to follow.

When some little soul comes to you and said, "Sister, you're so cool, I want to be a teacher like you," tell me how to not melting. My little sister she is. She was just stepped 5 years old at that moment she said that. It probably because she saw so many letters my kids gave me at my bday.

Maybe she want to have that kind of attention. Maybe she just love that.

Then I came to Wae Rebo in Flores, NTT, for my work. As usual, my birth gift maybe is to be a teacher. I just love talked to kids, and they simply like it.

One little boy came to me, asked, "What do you do for living?" I smiled, "Smart qs, dear". He insisted, "What do you do?", "A journalist," I answer.

"What is that? So you write everything, so you take a lot of picture?" he said so because he saw me doing that kind of things a whole day.

"Yes, and that job take me to see the world. I didn't know that I could be here, talk to you, exploring Wae Rebo with my eyes. But since its my work, it take me here, and any other place on earth" I said.

"Cool" he nodded his head

"You know what the best part of it? I'm sharing the news, the knowledge, the view I've seen, all the beautiful things,"

"You share happiness?"

"Kinda"

"Exploring other place, giving good news. Maybe I want to be like you"

"You'll be, dear. You'll be"

:')

 

Selasa, 08 Oktober 2013

Perihal Piket Pagi

Saya bekerja di media online. Itu mengharuskan kami menaikkan berita dari pagi-pagi sekali. Dari sana, muncullah istilah piket pagi yang menguras hari.

Piket pagi, bagi saya, berarti harus tidur lebih sore dan berangkat jauh lebih pagi. Biasanya saya berangkat pukul 9 lewat. Kalau piket pagi harus sudah berangkat dari pukul 6 kurang.

Harus melawan macet, kantuk dan lapar. Sampai kantor langsung naikin berita dan kordinasi dengan redpel via instant messaging. Lalu nyari berita, ganti ini itu. Naikin berita lagi.

Terus begitu sampai pukul 5 sore di mana tugas itu akan dikerjakan oleh mereka yang piket sore. Piket pagi bagi kami adalah ujian. Meski biasanya piket ini hanya dijalani seminggu sekali. Jika sedang naas bisa seminggu dua kali.

Jika besoknya piket pagi, berarti malam ini saya tidak bisa tidur terlalu malam. Berarti saya tidak bisa bermain setelah pulang kantor. Dan masih banyak yang tidak bisa saya lakukan.

Piket pagi penuh perjuangan tapi itu bagian dari kerjaan. Gak perlu ngeluh, lalui saja.

Besok saya piket pagi. Jadi saat ini (seharusnya) saya sudah tidur.

#30haringisiblog day lalalala~
08.10.2013 11.10 PM
Saat lambung dan hati sama-sama meronta, siapa yang ditenangkan lebih dahulu?

Senin, 07 Oktober 2013

Currently Read books

Oh sangat Gemini sekali judulnya. Menggunakan jamak. Oke, jadi ini buku(-buku) yang sedang saya baca.

Yang pertama Marriagable karya Riri Sardjono dan yang kedua murjangkung karya A.S Laksana. Karena sama-sama baru akan dibaca, jadi saya ceritakan saja kenapa saya pilih dua buku ini.

Saya mendengus saat membaca judul Marriagable, sambil selanjutnya misuh-misuh, "cmon please". *guling-gulingin bola mata*. Tapi tetep saya baca sinopsis di bagian belakang buku. Yang buat saya ambil buku itu dari rak buku adalah bagian kalimat ini,

"Hormon, darling! Kadang-kadabg kerja hormon kayak telegram. Salah ketik waktu ngirim sinyal ke otak. Mestinya horny, dia ngetik cinta!"

Nah.

So i bought it, say hello to your friends, Marriagable *goyang-goyangin buku di lemari buku*.

Yang kedua murjangkung. Saya suka dengan judulnya. Gak jelas. Apalagi sama tag di bawah judul, "cinta yang dungu dan hantu-hantu". Oh my heaven!

Karya yang kayak gini yang bikin saya jatuh cinta sama sastra. Blak-blakan yang terlilit beragam rahasia. Setiap kalimat pekat dengan analogi. Setiap chapter punya lebih dari satu cerita. Meski terlihatnya cuma satu, banyak hal yang bisa dikupas. Ah, cintaku. Tunggu aku tenggelam bersamamu. Muah!

Jadi itulah, dua buku yang akan bersama saya selama beberapa hari ke depan.

#30haringisiblog day gak-tau-lagi

7.10.2013 9.09 PM
Hancur sudah flow hashtag 30haringisiblog.

Sabtu, 05 Oktober 2013

Cinta Sederhana

Hari ini saya bersama Nisa, Ani dan Upun main ke kampus. Duduk santai di payung kantin dan kenangan kuliah menyergap begitu saja. Tawa tentu menguntai setiap deretan kenangan itu.

Tapi satu yang menarik perhatian kami; betapa sederhananya (ternyata) cinta kita pada masa itu.

Apa sih permasalahan paling pelik yang bisa dialami kami saat menggebet atau pacaran dengan seseorang waktu kuliah. Paling dia gak suka kita, atau dia punya pacar, ujar Ani dengan gaya yaelah.

Simpel kan. Mau suka sama yang bentuknya kayak apa juga bebas. Mau Diekspresikan kayak gimana juga terserah. Ada hari seru ada yang sendu. Tapi paling sendu pun, ditiban dengan becandaan bareng kawan-kawan pun bisa lupa. Yasudah. Selesai begitu saja.

Tapi sekarang?

#30haringisiblog day 9
6.10.2013 01.08 AM
Technically i skipped 2 days. But since its only an eary morning, so please count it as Oct 5th please. Pardon for yesterday, i got severe fever i cant stand with any gadget. The light just got me worse. 

Kamis, 03 Oktober 2013

Trio

Akhir-akhir ini saya sedang sering sekali ngumpul bersama teman-teman tongkrongan. Biasanya ber 6 atau 8. Tapi karena kini banyak yang di luar kota, banyak juga yang sibuk, jadi tinggal bertiga.

Inilah kami. Para ampas. -__-

Tapi toh banyak yang bisa kami bincangkan. Dari masalah serius hingga yang tidak berguna sama sekali.
And sometimes you dont need any words, appearance will answer all you need. 
 
#30haringisiblog day 8
3.10.2013 8.57 PM
Baru selesai nganter 3 anak cimit dan di sinilah saya, Lawson dekat rumah hanya sekadar untuk berbagi kisah sehari-hari.

Rabu, 02 Oktober 2013

Sekilas

Cukup sekilas
Tak perlu waktu lama menyadari
Kilau hatimu yang lembut menyapa
Sekilas saja
Aku tahu
Sekilas waktu
Aku jatuh
Tak ingin aku meronta
Melawan gravitasi
Jatuh dalam hatimu
Sekilas selamanya

#30haringisiblog day 7
2.10.2013 10.42 PM
Sedang mengasah kembali kemampuan sastra yang ternyata kacrut banget. Bye!

Selasa, 01 Oktober 2013

Gadget Segalanya?

Saat ini, rasanya tidak mungkin tidak membawa gadget. Apapun itu. Bahkan, ada yang lebih rela ketinggalan dompet dibanding ketinggalan gadget. Entah kita sudah masuk ke era macam apa. 

Gadget sangat penting. Penting sekali sehingga bisa membuat orang cerewet jadi pendiam. Bisa membuat orang pendiam makin pendiam. Ada yang sibuk di media sosial, ada yang game, ada lagi asyik foto-foto.

Apapun itu, seakan dunia sudah ada di genggaman. Menyenangkankah? Atau malah mengganggukah?

Bapak saya, yang biasa saya panggil Abah, sangat tidak suka dengan anak yang ketergantungan dengan gadget. Apapun itu. Ia tidak akan mengajak saya bicara selama tangan saya masih ketak-ketik, meski mata saya jelas ke dirinya.

Jadi, jika ingin mengobrol atau sekadar bercanda dengannya, lempar dulu semua gadget. 

Saya punya teori suka-suka mengenai hal ini. Jika saya benar-benar menikmati sebuah keadaan, momen, sesi, atau apapun itu, saya bisa melupakan  gadget. Selama masih menyentuh gadget, kamu belum benar-benar menikmati atau mensyukuri. 

Sebut saja, kamu tahu orang yang di depan kamu adalah segalanya bagimu ketika kamu tak berminat menyentuh gadget selama bersamanya. Tak perlu update di sosial media, tak perlu mengintip apa yang orang lain sedang lalukan.

Fck with 'em. I got my own precious and i ain't gonna waste it with some gadget. 

Keadaan itu terjadi begitu saja. Saat ngobrol dengan keluarga, saya bisa tertawa atau malah berbincang serius berjam-jam. Tak peduli ada apa di ponsel saya. Kalau benar-benar urgent, mereka bisa menelepon. Tidak perlu saya yang buka-buka chat atau message. 

Begitu juga saat nonton konser. Saat saya benar-benar menikmati lagu dan performer, saya tak peduli dengan apa yang harus ditangkap. Satu yang pasti, saya mau lihat mereka dengan mata telanjang. Secara langsung. 

Biarlah tak dapat foto close up yang blur atau apapun itu. Biarlah tak dapat potongan rekaman konser. Semua itu bisa dicari di Youtube atau jika ingin yang hi-res, bisa beli dvdnya. Ya mungkin, satu foto dua foto untuk diingat bolehlah. 

Biarlah mereka yang live tweet yang sibuk dengan gadget. Saya ingin menikmati apa yang ada di depan mata saya. Biarlah nanti tinggal saya reTweet atau rePath.

Lagipula rasanya itu kayak apa banget gitu. Kayak waktu itu di @america, ada konser Seringai. Di mana penontonnya anak kucrit, anak mall begitulah. Yang tak ada moshing, cuma asyik angguk-angguk kepala sambil mantengin ponsel di tangan buat merekam atau motret. Wtf?!

Saya lebih senang berada di tengah penonton yang dari daerah. Yang ponselnya biasa saja, cuma bisa sms atau telpon. Dengan begitu, mereka bisa benar-benar menikmati musik. Biarlah bawa bendera atau spanduk besar sekali. Biarlah moshing mereka membuat takut. Biarlah bau ketek dan keringat. Karena begitulah konser seharusnya berjalan. Bukan dengan mereka yang diam, wangi dan hanya merekam sepanjang konser. Man, pull over, get outta here. 

 
No gadget on their hands, only \m/


Go ahead, burn the room!


Sepenting apa gadget itu? Penting. Tapi tak sampai membuat saya jadi babu teknologi.  

#30haringisiblog day 6
01.10.2013 19.10 PM
When day went just like that..