Rabu, 22 Mei 2013

Culas

Culas itu sifat atau kebiasaan?
Menghadapi orang yang culas harus kasihan atau kesal?

Kalau saya, lebih merasa kasihan. Mungkin dia tidak sadar tingkah culasnya, mungkin itu penyakit jiwa yang susah sembuh. Berbuat curang dengan selimut intrik itu sama sekali tidak ada baiknya.

Mengambil hal yang bukan haknya dengan mencomot fakta-fakta tak kuat, atau mempergunakan fasilitas atau benda umum dengan embel-embel kekuasaan yang lebih kuat. Menarik ya buatmu? Saya kasihan.

Rasa cukup akan milik diri sendiri bukanlah hal yang mudah untuk ditumbuhkan. Layaknya manusia, sudah sewajarnya tidak mudah puas akan sesuatu. Beruntunglah orang-orang yang bisa berdamai dengan kenyataan dan hidup bahagia dengan yang dipunya.

Rejeki itu sudah digariskan bahkan dari sebelum kau menarik nafas untuk pertama kalinya di dunia. Kehilangan atau ketiban rejeki itu bukan karena kebetulan. Semua akan turun ke masing-masing orang, dengan cara yang sulit atau lancar.

Mendapat rejeki lancar bukan dengan mengumpulkan remah harta kotor, tapi dengan berbuat baik, jujur dan tetap menjaga harta halal. Dari mana asal pengertiannya, tapi karma benar-benar bekerja.

Menurutmu jadi perhitungan bisa bikin lebih kaya. Hitunganmu boleh ketat, tapi hitungan Tuhan maha adil.


dok Thinkstock dari artikel

Mendatangi Tempat Ibadah, Bagaimana Seharusnya?

Waktu itu saya sempat protes waktu diingatkan untuk bawa baju yang sopan dan sepatu saat mau liburan ke Bangkok. Kenapa repot banget, pikir saya. Tapi toh tetap saja saya bawa baju sopan dan sepatu nyaman buat jalan-jalan.

Meski sudah sampai sana dan merasakan nuansanya, tetap saya tak merasa harus mematuhi semua peraturan yang ada. Teman-teman saya pun ada beberapa yang dengan santainya mengambil jubah karena pakaian mereka dianggap terlalu pendek.

Di depan pintu masuk ada penjaga yang memegang banyak jubah hijau, saat itu saya mau liat Buddha tidur di Wat Pho. Di tumbukan mata yang pertama saya pun langsung merasa ciut. Pandangan seperti elang yang menyapu badan orang-orang dan langsung memberikan jubah kepada mereka yang terlihat seronok. 


Di matanya terdengar kencang, "Saya harus jaga tempat suci ini dengan sepenuh hati!". ..dan saya akhirnya mengerti.

Kedua di Ayutthaya. Seorang ibu sedang sangat khusyu berdoa, dan melihat seorang turis bercelana pendek melewati sang ibu yang sedang terpejam dan menelungkupkan tangan bukanlah pemandangan yang sedap dipandang. 


Sekali melihat, tak perlu peringatan lain. Takkan lagi saya misuh-misuh saat disuruh memakai atribut saat mengunjungi tempat-tempat sakral.

Jumat, 03 Mei 2013

In a Path of Mine

I always have my purest smile. It's because I never regret everything in my life. I simply step my foot to anywhere I feel I want to go. I taste everything I interested in. I do everything I take my curiousity at.

So when I heard or saw anything, I can say "Oh, I've been there doing that," with silly or happy smile on my face. Why's that? Because older people once told me, do anything before your life gets heavier. I take it as a ticket to ride!

I known couple grown ups people. I see regret on their eyes, I see missing soul, I heard chained words and so on. I don't want to be one of them. Like friend once said, "I wanna life my life out loud". Me too, my dear friend.

And as much I remember, I always take both chance and challenge. Thankfully, I souldn't have to do something against my will (Thank an ocean for that, my dear sweet God above). Without forgetting boundaries, I live my life freely.

I'm now count as a grown up ones. But still using my heart as a compass. I won't do something when my heart says no. But no offense, now logic take part too. Worry? Not at all. Cause my logic as friendly as my heart.

Last words? This is my happy life! :)

pasir pantai di Kuta Bali sore-sore