Kamis, 04 Agustus 2011

belajar berkeputusan

Ketika test pack menunjukkan garis kembar dan seketika duniamu terputar. Kau hamil, tanpa cincin di jari manis dan tanpa pria yang cukup meyakinkan. Apa yang akan kau lakukan?

Bukan hal baru, bukan juga sesuatu yang aneh. Saya mendengar hal itu sejak saya dari bangku sekolah menengah pertama, teman saya sendiri, menarik saya ke tepian ilalang dan bercerita, bahwa dirinya baru saja menggugurkan jabang bayinya. Tidak dengan tangis, tidak histeris. Hanya cerita datar tanpa tawa, tanpa ekspresi lain. Saya yang mendengar, sebagai hal baaru bagiku namun seperti biasa saja baginya, memberikan sensasi bimbang berkepanjangan, apakah saya harus tetap tenang atau guling-guling di ilalang mendengar berita yang begitu heboh. Nyatanya saya tetap tenang karena tidak ingin ia berhenti bercerita dan tersadar telah salah orang untuk diajak curhat. 
Saya terkagum-kagum dengan kedewasaan teman saya pada masa itu. Saya rasa saya takkan mampu berbicara sebegitu datarnya jika itu saya yang mengalami. 
Seorang teman saya yang lain pun mengaku, akan dengan sepenuh sadar berencana memiliki anak secepatnya jika ia belum menemukan laki-laki yang menurutnya cocok untuk dijadikan teman dalam berbagi hidup. Ia tak mau terlalu tua ketika mengandung. Baginya, bersuami atau tidak bukan lagi masalah baginya. Yang terpenting hidupnya tetap tenang dan aman. Ia tak ambil pusing dengan mulut-mulut sumbang di sekitarnya.

Beberapa ibu yang kukenal pun sudah berdamai dengan tradisi. Mereka tak akan membuang anak atau cucu mereka dari deretan pohon keluarga. Tidak. Mereka memilih menjaga anak mereka dengan mengurus darah daging beserta hasil benih mereka ketimbang mengusir mereka dari rumah dan mati gila memikirkan bagaimana nasib mereka di luar sana. Memang tidak banyak yang berpikiran begitu, namun ternyata ada. 

Mendapati ada jabang bayi di rahimmu tentu tidak akan menjadi hal yang besar jika kau memiliki ibu seperti itu dan kau memiliki kekuatan tambeng yang cukup besar. Lain halnya jika kau hidup di keluarga yang saklek dan harmonis, dimana tidak mengenal chaos yang seperti itu. Kau tentu harus bersusah payah, memikirkan bagaimana cara menggugurkan atau memohon pasanganmu untuk segera menikahimu dan menyembunyikan kehamilan beserta kelahiran si kecil.
Menggugurkan tidak akan menjadi masalah yang terlalu sulit, mengingat sudah banyak kasus seperti ini dan praktek pembasmi bayi diluar nikah sudah seperti jamur.
Bagaimana jika kau ingin mempertahankan calon keturunanmu atau ternyata sudah terlambat untuk membunuhnya?
Apa jadinya jika keluarga tidak mau tahu?
Pilihan pertama: Kau harus pergi dari rumah.
Pilihan kedua: Menikah dengan laki-laki yang telah membenihimu.

Bagaimana jika sang pria tidak bersedia?
Pilihan pertama: Ajak baik-baik, ajak ayahmu mendatangi rumahnya.
Pilihan kedua: tarik rambutnya, masukkan ke boneka teluh (hehe)

Tak sedikit dari para wanita cantik rela terseret-seret mengejar kaki lelaki hanya karena mereka sudah pernah melakukan hubungan badan dan merasa ia tidak lagi pantas bagi laki-laki lain karena ia sudah dikecap oleh laki-laki yang ini. Tak sedikit dari wanita cantik yang keluar masuk rumah aborsi karena berkali sang lelaki malas memakai kondom. Tak sedikit angka perceraian berasal dari pernikahan berumur jagung yang didasarkan kehadiran terpaksa jabang bayi.

Pria mendamba wanita cerdas. Bukan hanya di bagian akademik, melainkan juga bagian pengambilan keputusan hidup. Hidupmu, sepenuhnya milikmu, tanggung jawabmu. Tak ada bagi-bagi masalah jika masalah itu terletak di dirimu. Sebelum kau buka kedua kakimu untuk orang lain, pikirkan matang-matang, apa kau rasa kau mampu menghadapi masalah yang mungkin terjadi setelahnya? Jangan ajak dia untuk berbagi tanggung jawab, karena ia hanya menyumbang, sama sekali tidak akan terlibat lebih jauh. Dan tentu saja, kau takkan bisa menyalahkannya jika ia pergi seenaknya dari sisimu atau kalau pun ia bertahan untukmu, hanya akan ada pertengkaran-pertengkaran menggunung diantara kalian karena kalian sama-sama belum yakin dengan pribadi masing-masing.
Jangan pernah menyalahkan pihak laki-laki kecuali kau diperkosa. Hubungan badan bisa terjadi dengan kesepakatan kedua belah pihak. Terserah bagaimana prosesnya, keputusan itu terjadi karena ada ajakan dari laki-laki dan anggukan dari wanita. Saya tidak menyalahkan laki-laki, kehadiran anggukan wanita adalah semata-mata kecerdasan laki-laki memainkan kata, perasaan dan keadaan yang sedang tercipta. Para wanita lah yang harus memaksa logika untuk bekerja lebih keras. Apakah kalian benar-benar siap dan yakin akan keputusan yang akan direpresentasikan otot leher yang menyuruh kepala untuk mengangguk. 
Tampar dulu dirimu sejenak jika dirasa terlalu mabuk dengan kata-kata manisnya. Ingat, apa ia sudah berjanji menjagamu sehidup semati di depan penghulu? Apa ia sudah mendatangi orang tuamu untuk menjadikanmu miliknya selamanya? Jika belum, pikir sekali lagi.
Jangan sampai kau menangis terseret langkahnya yang menjauhimu, karena dianggapnya kau terlalu mencampuri hidupnya. Jangan sampai kau terpaksa menikahinya hanya karena calon bayimu membutuhkan nama ayah di aktanya, sedang kau belum yakin apakah ia benar-benar menyayangimu. Jangan sampai. 

Jadilah wanita cerdas yang mampu mempertanggungjawabkan semua tindakanmu hingga tak ada kata menyesal yang membingkai masa depanmu.

Tidak ada komentar: