Kamis, 24 September 2009

zahra mana?

satu lagi,
jah kemana ya?
si kurus yang walau sudah makan sebanyak-banyak apa, tetap tak mengubah bentuk tubuhnya yang seperti cheese stick itu,
high temp lady yang juga berjiwa sosial tinggi.
kemana jah?
terakhir berhubungan, saya sepertinya mengecewakannya.
tak bisa menemaninya ketika datang ke depok.
lalu kami tak lagi melakukan kontak.
saya pikir ia marah, atau ngambek.
tapi sekarang saya sms ke nomornya, pending.
kemana kamu jah?
maaf lahir bathin dulu dong kita..
maaf ya buat kesel-kesel yg setaun kemaren.
kangen!

cukup dengan menerima.

muhammad royamin: anak baik, sangat baik. simply complicated, silly, old fashioned lover boy yang mencintai sahabat saya dengan sempurna.

nurtyas ningrum: drama queen, temperamen, merasa dirinya adalah hasil reinkarnasi cowok slebor dan tidak imbang dengan laki-laki baik yang namanya saya sebutkan diatas. (walau pada kenyataannya dia jauh lebih rapih dari saya dan track recordnya JAAAUUHH lebih bersih dari saya)

kami (saya dan tyas) akhirnya melakukan temu kangen setelah entah berapa abad hanya berhubungan via ym atau sms.
masih dalam rangka lebaran, kami berbagi cerita. ngalor ngidul. sampai pada pembicaraan mengenai roy (muhammad royamin).
singkat cerita,
nurtyas ini membingungkan sikap Roy. atas segala perlakuan baik dan tulus roy, atas kepolosan anak itu. (yang juga dibingungkan oleh salah satu om nya tyas, ketika berjabat tangan dengan roy 'kamu yakin nih ga salah mau sama tyas?')
berpuluh-puluh menit ia mengoceh mengapa Roy bisa begitu baik dan mengapa ia bisa begitu semau-maunya dalam menghadapi Roy. (dan berpuluh-puluh menit juga berisi penekanan tentang keARABan Roy)
memang dasar anak itu drama queen, selalu mempertanyakan hal yang sebenarnya tak perlu dipertanyakan.
saya akhirnya menjawab,
'daripada sibuk mikirin pantes atau ga pantes, lebih baik menerimanya'
menerima bahwa ia ada dihidupmu,
menerima bahwa ia memang baik dan kamu memang kurang baik (lebih baik daripada tidak baik, kan?=P)
menerima dan mensyukuri kehadirannya di hidup kamu.

ya kan?
jauh lebih mudah daripada mempertanyakan dan membanding-bandingkan.


ps: yas n roy, kapan lagi kalian bisa eksis?
disinilah tempatnya. haha
i love you both, ayo lekas beritahu aku kapan tanggalnya,
biar aku bisa pesen kebaya. hahaha
wish the best for you two, schaatjes!

pss: si yas itu sebenernya merasa thankfully blessed to have you in her 'messy' life, roy. tapi begitulah, tahu sendiri pacar mu itu kan ratu drama. LOL.

Minggu, 20 September 2009

11am to 1pm

hari itu malam takbiran dan semangat saya sedang membludag untuk melempar koin nasib.
saya mengirim email dan ternyata emailnya tak juga terkirim. padahal sudah berkali dicoba, tetap tak bisa.
gondok.
kesal.
mangkel.
semalaman suntuk di depan komputer, sudah bosan eksis di fb, sudah 2 post terpajang di blog, sudah lelah chat di ym, dan tak ada yang ingin saya cari di search engine manapun (dan pura-pura lupa kalau punya plot yg belum selesai)
akhirnya saya membaca2 email jaman dulu.
ketika masih sma, awal-awal sma, belum ada situs pertemanan seperti friendster apalagi facebook. atau mungkin ada tapi saya tak tahu?
yang pasti saya belum mempergunakan situs seperti itu untuk menjalin teman via dunia maya.
alternatifnya adalah via email, saya baca, banyak sekali email teman2 saya yang berisi curhat panjang lebar dan saya selalu tertawa membacanya.

puncaknya, sampai sebuah email yang singkat yang berisi sapaan 'apa kabar?'
berpuluh memori menabrak meminta diingat kembali.
saya ingat email ini.
saya ingat siapa dia.
tapi saya tidak ingat bagaimana kami bisa saling kehilangan jejak.
beberapa email dari dia masih saya temukan, kebanyakan isinya hanya omong-omong.
kami memang jarang bertemu, but we're keep in touch by emailing each other.
sampai pada akhirnya ia tak lagi mengirim dan saya masih mengirim beberapa.
lama kemudian, saya menyerah dan berhenti mengirim.
saya ingat cerita dia, bersama saya.
kadang masih ingat.
dan sekarang kembali teringat.
alamat emailnya, ada. lalu saya punya ide.
dengan semangat saya langsung mengcopy paste ke facebook dan memencet tombol search.
No people, Pages, groups, events, applications or recent posts found.Check your spelling or try another term.
di salah satu emailnya terdapat nama lengkapnya.
kembali saya melakukan hal yang sama.
dan mendapatkan hasil yang sama.
ternyata,
saya menemukan sekumpulan angka yang menjadi nomor rumahnya.
dengan iseng saya mencobanya.
lalu ragu.
apa iya dia belum pindah?
apa mungkin dia tidak tinggal bersama orang tuanya lagi?
ngekos?
kuliah diluar?
kerja?
kawin?
kalau yang terakhir sepertinya belum. haha.
tapi bodo amat lah.
saya tetap mencoba, come what may.
3 kali nada sambung,
sampai sebuah suara wanita menjawab.
saya menanyakan apa dia ada dirumah,
suara wanita itu malah balik bertanya:
'ini siapa?'
dengan cepat saya menjawab, 'bella'
lalu saya terbengong-bengong.
kenapa harus bella?
shafabella? (pelesetan dari isabella -maaf kalau tidak lucu, HAHAHA)
'hallo, ini bella siapa ya?' sebuah suara berat menanyakan.
wah, saya deg-degan.
singkat cerita, kami saling terkaget-kaget.
6 tahun kami tak mengetahui kabar masing-masing.
beratus cerita meminta diceritakan.
semua hal ini berakhir pada perjanjian kami untuk bertemu pada pukul 11 hari ini.
saya sangat excited.
penasaran, takut, gembira. tak sabar.
pokoknya semuanya.
tapi pertemuan ternyata diundur sampai pukul 1 siang.
jadilah saya menulis disini,
demi membunuh waktu.
yang ternyata susah sekali terbunuh,
karna rasa penasaran saya terlalu besar.
:)

Sabtu, 19 September 2009

kesal, belok kiri.

besok lebaran,
semua orang pasti ingin berkumpul dengan keluarga tercinta, yang sudah lama tak bersua, ingin sekali jumpa di hari itu.
semuanya dilakukan demi berkumpul bersama,
mudik pada H-2 atau bahkan H-1.
rela bermacet-macetan sepanjang jalan, bahkan macet sampai tujuan.
tak peduli betapa lelah dan menguras tenaganya perjalanan itu.
kadang, karna terlalu lelah dan penat akan kemacetan, kita akan dengan mudah menyalahkan para petugas pengatur jalan, polisi lalu lintas.
mengumpat.
menyalurkan segala kekesalan dengan para polisi sebagai objek penderita.

Tapi ingat tidak,
polisi juga memiliki keluarga yang menunggu mereka.
yang mengharapkan mereka bisa berada di rumah, bersama orang-orang yang menyayangi mereka.
yang berdoa untuk mereka,
agar baik-baik saja ketika bertugas.
yang terus mendukung mereka, bahwa masih ada orang yang peduli dengan mereka.

mungkin mereka tak juga sempurna, tak sepenuhnya menjalankan tugas dengan baik dan benar.
tapi saya percaya, mereka sudah berusaha.
mereka mengabdikan diri untuk negara, masyarakat, kita.

jadi simpanlah umpatan dan kekesalan itu,
ingat, mereka juga manusia, yang harusnya memiliki hak sama seperti kita,
yang namun malah memilih untuk melayani masyarakat, melayani kita.

candu internet

tadi sore hujan deras di daerah rumah saya. dengan angin kencang disertai guntur yang sering membuat si adik terkecil saya menutup telinganya.
setelah kepenatan matahari akhirnya tergantikan oleh siraman air hujan barang sejenak, datanglah masalah baru,
internet rumah saya down.
damn.
berulang kali saya coba, tetap tidak bisa.
sebenarnya saya juga tak terlalu memerlukan internet pada saat itu.
saya harus menyelesaikan plot proyek saya.
dan biasanya, dengan adanya internet, malah hanya akan membuat kinerja kerja saya melambat.
namun entah mengapa, saya malah menjadi malas-malasan dan uring-uringan.
rasanya seperti ada yang kurang,
selalu ada alasan untuk mempergunakan internet.
entah itu mencari informasi tambahan atau mencari arti suatu kata (yang sebenarnya bisa saya cari di kamus)
saya juga merasa seperti terkungkung, merasa jauh.
entah pemikiran darimana, melihat teman saya yang online di facebook atau ym saja sudah membuat saya merasa dekat dengan mereka. meski saya juga tak lekas berbincang dengan mereka, cukup melihat mereka online.
apa kebutuhan psikis ini bisa dikategorikan ketergantungan? kecanduan?
sampai saat ini, saya tidak merasakan ketergantungan ini sebagai sesuatu yang berlebihan, hanya saja sedikit mengganggu.
untung saja malam ini(hasil utak atik semaunya) internet akhirnya bisa kembali tersambung.
walau pada akhirnya saya lebih memilih membahas masalah ini di blog, dibandingkan melanjutkan mematangkan plot saya.
sepertinya saya memang kecanduan.