Selasa, 04 Mei 2010

Tuhan, bisakah kita bicara?

Aku kehilangan kepercayaan padamu Tuhan, maaf untuk itu.
Mungkin aku tak sabar, mungkin aku memang bukan umat yang baik, ampuni aku untuk itu.
Sadarkah, hanya umat taatMu lah yang suaranya sampai ke langit. Menggelitikmu dengan permintaan mereka dan melembutkan hatiMu dengan kesungguhan mereka, sehingga dengan kasihMu mereka hidup dengan jiwa berkecukupan.
Hanya mereka yang taat yang mampu mencintaiMu sepenuh hati, memohon dan memuji tanpa berharap imbalan. sampai hanya dengan mengingatMu mampu membuat mereka tenang dan berkecukupan, beruntunglah mereka.
Sementara aku, aku datang kepadaMu jelas-jelas dengan tujuan. Demi kepentingan sendiri dan -ampuni aku Tuhan- tanpa cinta yang cukup untukMu.
Aku bersujud, menengadahkan tangan dan bersimpuh semata demi ego pribadiku. Demi harapanku yang hanya akan menimbulkan keuntungan pribadi, tidak lebih tidak kurang.
Sabarku dibuat, ikhlasku dicangkok, kesungguhanku prematur. Aku merasa seperti seorang munafik.
Lalu rasa jijik menyergap, membuatku meninggalkanmu. Karena aku sungguh tak ingin mengotori agamaku, keyakinanku.

Kini aku menangis,
Untuk apa?
Untuk kehampaan ini. Untuk kaki yang bergerak mundur, untuk hati yang perlahan mengering, untuk keyakinan yang sedang megap-megap bertahan hidup.
kosong meraja saat waktuku meminta padaMu datang, berat rasanya meninggalkan sujud nikmat itu.
Tapi aku tak mampu tulus padamu. Maafkan aku.

Tuhan, jangan paksa aku jadi munafik.
Biarkan aku menjauhiMu, meski tak tahu kapan kembali.
Aku ingin mencari cinta untukMu lebih dulu.

Tidak ada komentar: