Senin, 30 Agustus 2010

Penasaran

Satu kali saya membaca buku Fira Basuki yang berjudul Astral Astria dan mendapati beberapa jenis makhluk halus fiksi yang menarik perhatian. Seperti jin kecil penghuni hutan. Ya saya tidak akan membicarakan jin dan kawan-kawannya.
Tiba-tiba pikiran saya tertuju pada ingatan akan orang bunian. Suku misterius dari tanah Karo ini menarik saya untuk mencari tahu lebih dalam. Konon, suku ini hampir tidak pernah bisa terlihat oleh orang biasa, apalagi dengan mata telanjang. Mereka hadir hanya dalam hembusan angin atau kelebat bayangan saja. Mereka tidak terlihat atau mungkin tidak mau terlihat.
Bisa jadi kemisteriusan mereka merupakan pertimbangan matang-matang sukunya agar mereka bisa hidup damai tanpa eksplorasi yang berujung eksploitasi oleh orang-orang yang haus. (baik yang haus pengetahuan atau yang haus harta)
Ada juga sumber yang mengatakan bahwa ketidaktampakan mereka merupakan bentuk ghaib dari suku tersebut. Mereka menyebut sebagai manusia setengah jin, saya sendiri lebih suka menyebut mereka sebagai manusia setengah peri.
Selesai saya mencari informasi ke jendela-jendela maya, saya mulai mencari objek visual atau gambar. Dan inilah yang saya temukan:
seram ih seram. Saya takut.









Kenapa semua yang berhubungan dengan mistis di indonesia selalu menyeramkan sih? saya sebal.
Otak saya terputar otomatis, mencari pembelaan. Mencari tentang peri yang ada di luar indonesia sana. Tangan saya mengetik cepat kata 'fairy' di google image dan inilah yang keluar:

Oh oke.
Seram juga sih, tapi setidaknya makhluk itu masih ada sayap yang saya yakin indah jika saja ia tidak mati dan mengering begitu.






Sudah ya, mulai menyeramkan jadinya.
sebagai penutup mari kita lihat yang lucu-lucu, yang manis-manis dan memanjakan mata.































Selesai. Penasaran yang berujung kesengsaraan. Alamat tidak bisa tidur dengan nyaman. Ah tidak! :(
Baca doa sebelum tidur dengan khusyu, insyaallah manjur. :))
selamat malam! selamat menikmati temaram!

Kamis, 12 Agustus 2010

Cerita sedikit mengenai cita

Ingat sekali bagaimana akhirnya aku menemukan cita-cita. Prosesnya lama dan tak berkesudahan, ketika ditemukan, rasanya seperti ketiban bulan. Memang tidak seperti orang lainnya, yang sudah haqul yakin dengan cita-citanya, ada beberapa yang dari kecil. Sampai setua ini, baru setahun lalu aku benar-benar menemukan apa yang menjadi impian terbesarku.
Waktu itu, kami masih satu dan muda. Kami, yang berjiwa muda, mengumpulkan cita-cita, berjanji akan mewujudkannya, meski dengan jalan yang berbeda-beda. Kami tersenyum-senyum, beberapa tergelak keras menyadari diri bahwa mimpi kami cukup tidak biasa. Ya tapi, tak ada yang bisa melarang mimpi seseorang juga kan?
Lembar demi lembar otomatis membalikkan diri. Kini kami tak lagi satu, meski masih muda. Si dia kesana, si ini bergelut disini, aku? ada disitu. Beberapa mengaku sudah meniti mimpinya, meski belum berjalan berdampingan, tapi setidaknya tak meninggalkan. 
Suatu pagi yang macet, aku bercengkrama dengan teman lama. Yang dulu sering kali menghabiskan waktu bersama, mencari makna. Ia ingin menjadi itu, ya ya aku tahu. Hari itu, ia mengatakan padaku bahwa mimpinya sudah mulai terlihat nyata, bahwa nafasnya memburu sanking senangnya. Aku tersenyum lega, mengirimkan syukur kepada Tuhan atas kebahagian temanku ini. Perbincangan selesai, aku kembali ke kenyataan.
Tak bisa, tak ada konsentrasi yang tersisa. Pikiranku habis memikirkan temanku dan mimpinya. Aku sedih bukan kepalang, melihat keadaan sekarang. Memang apa yang kujalani ini pernah menjadi mimpiku, malah, ini adalah mimpi terakhirku. Tapi untuk sekarang ini, aku punya mimpi sendiri. Menggelegak dari dalam sana memaksa minta diwujudkan. Jiwaku seperti dipegang bui tak kasat mata. Ingin pergi tapi tak bisa.
Aku ingin hidup di nafas itu, merasakan sensasinya di setiap denyut nadiku. Aku ingin sakit karena itu, ingin lelah kehabisan tenaga menyelami dunia itu. Terjatuh, tersungkur, tak dihargai, menangis sendiri, tak masalah sama sekali. Asal aku bisa menjejak disana.
Tuhan dengarkan aku, bantu aku mewujudkan keinginanku yang satu. Tetapkan niatku, mudahkan jalanku. Perbanyak sabarku, jadikan aku ikhlas selalu. Sungguh aku hanya ingin yang itu. Tuhan, dampingi aku. 
amin.